Selasa, 08 Maret 2016

Kiat Sukses Budidaya Jamur Tiram



MUHAMMAD Indra Hadi Kesuma (33), warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan sedang menunjukkan usaha kreatifnya, Minggu, 21/2/2016. Indra memiliki usaha budidaya jamur tiram yang cukup besar. Saat ini, Indra memasok bibit ke hampir seluruh Sumatera. | Imelda Astari/duajurai.com
Duajurai.com, Bandar Lampung – Budi daya jamur tiram di Lampung sedang tumbuh dengan pesat. Saat ini Lampung sudah menjadi pemasok bibit jamur dan menguasai pasar Sumatera. Salah satu pusat budi daya jamur tiram terbesar di Lampung adalah PT Khairana Agro Mushroom yang terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Perusahaan milik Muhammad Indra Hadi Kesuma (33) itu menyediakan bibit jamur, baglog (media tanam), lengkap dengan cincin jamur (alat pengikat media tanam). Dalam sehari, mereka memproduksi bibit jamur rata-rata 200 botol. Sedangkan baglog (media tanam)-nya rata-rata per hari memproduksi 500-1000 unit. Di balik suksesnya usaha tersebut tentu tak lepas dari kiprah pemiliknya, Muhammad Indra Hadi Kesuma. Jika menelusuri latar belakang Indra, barangkali kita akan terheran-heran, pasalnya lelaki kelahiran Kedaton 5/4/1982 itu merupakan lulusan jurusan teknik informatika bukan lulusan pertanian. Alumni Universitas Bandar Lampung (UBL) itu mengaku, dirinya memulai usaha budidaya jamur pada tahun 2009 dengan tekad besarnya ingin berwirausaha. Berbekal pengetahuan yang didapat dari buku maupun internet, Indra dan sang istri Fenti Yunita (33) memulai petualangannya di dunia agrobisnis budidaya jamur tiram. Menyadari hal itu, ketika mendirikan perusahaan, ia membuat moto “Kami bukan ahlinya, tapi kami berpengalaman dalam bidangnya”. Menurut Indra moto tersebut dibuat bukan sekedar gagah-gagahan, tapi punya alasan sendiri. Karena sang pemilik bukanlah berasal dari bidang pertanian ataupun yang berhubungan dengan agrobisnis. “Kami lihat, budidaya jamur tiram ini paling mudah di antara budi daya tanaman lainnya. Lagipula, hanya butuh maksimal 1,5 bulan sudah bisa menikmati panennya, makanya kami belajar otodidak lewat internet dan baca buku ,pernah juga ikut pelatihan Akhirnya 2009 bulat fokus ke bisnis jamur,” papar lelaki yang sempat merantau ke Bekasi selama dua tahun itu. Awalnya, Indra hanya melakukan budidaya jamur dengan bibit dan baglog (media tanam) yang sudah jadi, dibelinya dari pulau Jawa. “Dulu ambil bibit dari Jawa juga, harganya masih mahal Rp75 ribu per botol, tapi sekarang sih semakin turun karena ketersediaan juga semakin banyak,” jelas lelaki yang pernah bekerja selama dua tahun di bagian pra cetak salah satu media cetak (Radar Lampung) di Lampung itu. Namun kini, dia telah berhasil dalam budidaya jamur tiram dan sudah punya pasar (konsumen) tetap. Ditambah lagi, dia juga telah membuat bibit dan baglog sendiri bahkan memasok untuk wilayah lainnya di Pulau Sumatera. Menurut Indra, untuk bisa mengembangkan dan mempertahankannya hingga sekarang, kuncinya adalah fokus. “Saat kami jatuh (bisnisnya) ya bangun lagi, karena kita fokus cari nafkah di sini. Fokus berbisnis di sini. Kekuatan fokus itu sangat besar, karena yang namanya bisnis pasti ada turun naiknya,” tuturnya. Selain fokus, pendekatan persuasif ke konsumen juga terus dilakukan, jadi konsumen dianggap kawan,khususnya untuk bisnis bibit. “Untuk teknik budi daya, kami sediakan konseling gratis. Bagaimana memberikan teknik budi daya yang baik, kalau ada yang mau mulai bisnis serupa, kami membuka pelatihan gratis, bimbing sampai bisa,” kata dia. (*)

Laporan Imelda Astari, wartawan duajurai.com, Portal Berita Lampung Terkini Terpercaya

0 komentar:

Posting Komentar